Thursday 5 December 2013

Kau Mengubah Segalanya

Aku menulis ini dengan kesadaranku bahwa aku tak akan mengubah apapun. Bahkan aku menulis inipun kau tetap sama. Tidak ada yang berubah kita sama-sama memendam sesuatu. Sebut saja itu gengsi. Apa aku salah? Apa hanya aku saja yang berfikiran seperti ini? Ketidakpekaanmu membawa aku terhenti sesaat. Ketidakpekaanmu  mengajarkan aku untuk memutar otak seratus kali lipat. Dan ketidakpekaanmu membuat setiap ucapan yang keluar dari mulutmu selalu saja menyambar ke hati ini. Hati yang sudah tertulis namamu tapi malah kau apus begitu saja.
Ketika aku mengucapkan “udah jadian deh kalian”, bukan itu yang aku ingin ucapkan. Akupun harus menghela nafas ketika mengucapkannya. Hanya saja aku ingin tau apakah kamu menyukai dia? Ketika kamu ingin makan didepan dia, ketika kamu tiba-tiba duduk disebelah dia dan kamupun tertawa lepas dengan dia, tak salah bukan ketika aku berfikiran seperti ini? Aku hanya pura-pura tersenyum ketika mengucapkannya. Aku hanya mengganti topik ketika orang lain berbicara tentang kita. karna aku tau pasti kau tak suka itu.
Aku tau kamu tak ingin orang lain mengetahuinya. Mengetahui moment yang indah buatku tetapi hal biasa menurutmu. Aku memang pantas dijadikan bayang-bayang. Aku memang pantas hanya kau tampilkan di belakang panggung. Karna itulah, aku tak punya keberanian lagi untuk berada di depan kamu ketika makan bareng. Aku tak punya keberanian lagi merangkul tanganku ke lenganmu. Aku tak punya keberanian lagi untuk berada di sampingmu ketika film mulai diputarkan. Aku tak punya keberanian lagi untuk menyenderkan kepala ini di bahumu. Aku tak punya keberanian lagi untuk membuatmu tertawa karna kau lebih tertawa lepas dengannya. Aku tak punya keberanian lagi. Aku hanya memperhatikanmu dari sudut jauh yang tak akan bisa kamu lihat.
Bolehkah aku jujur? Ketika aku memperdulikanmu sedalam itu aku menyadari kau mengubah segalanya. Pria yang harus menjaga tampilannya. Pria yang harus rapi; tak suka dengan rambut yang gondrong. Pria yang harus perhatian. Pria yang harus peduli. Pria yang selalu ada ketika aku membutuhkannya walaupun dengan alat komunikasi. Kira-kira begitu pria yang aku idamkan. Tetapi kau mengubah segalanya hingga 180 derajat. Aku menyukaimu tanpa mengingat kriteria pria itu. Aku nyaman dengan penampilanmu yang seperti ini. Aku sudah terbiasa dengan sifatmu yang tak pernah perhatian dan peduli.
Tapi aku tak mengubah apapun didalam hidupmu. Iya, aku sadar bukan tipe wanita yang termasuk ke dalam kriteriamu. Aku sadar aku tak cantik. Aku sadar aku tak pintar. Aku sadar aku tak pendiam. Aku sadar fisikku bukan seperti wanita kelasanmu. Dan aku sadar aku tak bisa memainkan musikmu. Jelas bukan? aku hanya mengharapkan seseorang yang tak berbalik arah padaku. Bahkan aku tak pernah ingin dijadikan jalan pulang--