“Bagaimana kabarmu? Apakah kamu baik-baik
saja? Tidurmu nyenyak? Apa kamu tambah tembem? Makanmu teratur? Kesehatanmu
terjaga? Bagaimana hari demi hari kerjamu? Apa kamu masih memakai barang
pemberianku?” pertanyaan itu ingin aku sampaikan tapi aku tak ada keberanian
karna kini aku sudah diberi kejelasan bukan dengan mulutmu tapi dengan jari
jemarimu yang kau kirimkan pada wanita yang sempat menjadi pacarmu tapi hanya
sebentar karena aku hadir di hidupmu kembali. Jujur aku masih belum terima atas
sakit yang kau beri. Mulutku ihklas tapi hatiku tidak sejalan. Aku menangis
kamu tertawa. Kau menertawakan aku di setiap aku tampil di layarmu bahkan kau
tertawa bersama dengan wanita itu. Wanita yang pernah bilang aku Hello Kity dan
sekarang aku di kasihani olehnya.
Dulu kau
adalah pria idaman setiap wanita, termasuk aku. Sudahkah aku bilang dan aku
publish? Kau Berlianku dan Wanita Jahat. Salah satu judul tulisan yang aku buat
untukmu. Aku publish, karna aku tak tau harus menyampaikan itu semua denganmu bagaimana
caranya. Bagaimana caranya supaya kau tau saat mulut tak bisa mengeluarkan kata
demi kata, bagaimana caranya supaya kau tau hanya air mata yang bisa
menjelaskan, bagaimana hati aku sakit karna pria yang pernah jadi idamannya. Pria
yang pernah disayang dan diperjuangkan kini mengkhianatinya? Kau pernah
mengalaminya tapi kini kau lemparkan itu semua dengan wanita yang pernah
bersamamu, dengan wanita yang pernah mengorbankan dirinya untukmu dan wanita
itu selalu berusaha mengembalikan semua kesalahan yang pernah dia lakukan.
Aku merasa
kau mencintaiku bahkan menyayangiku dengan tulus ketika kau tidak mengetahui
aku jalan dengan sahabatku, sahabat yang tak pernah kau suka. Aku merasa semua
berawal dari situ. Kau tak pernah publish aku di sosmed, tak pernah menggenggam
dengan hangat ketika aku berjuang antara hidup dan mati, tak pernah menunjukkan
bahwa inilah wanita yang aku sayang. Walaupun jari-jemarimu yang berkata tapi
hatimu tidak meng-iyakan itu. Lebih baik aku disakitin dengan mulutmu
dibandingkan aku sakit karna jari-jemarimu. Jari-jemarimu menakutkan aku kini :’(
karena itu aku tidak akan menyakitimu dengan jari-jemariku. Kata-kata kasar
yang pernah aku ucap dan aku ketik, aku tarik. Walau itu semua benar tapi aku
sadar aku telah banyak menyakitimu dulu pergi sesuka hati begitupun dengan
kembali. Kau pernah bilang “Kamu pergi sesuka hati dan seenaknya kamu kembali.
Ini Hati bukan Mainan”. Aku teringat itu dan aku harusnya tidak mengeluarkan
kata kasar.
Baru sadar
kita tak memiliki hubungan sudah terjalin tiga bulan. Buatmu, tiga bulan masa
yang indah karna aku tak ada disampingmu dan kau bisa dekat dengan wanita lain
termasuk wanita itu. Tapi sadarkah, kau membuat ketidakjelasan atas hubungan
kita. Kenapa kamu tak pernah bilang langsung, sayang :’( kenapa aku yang harus
tau itu sendiri :’( puaskah kamu membayar lukamu dengan semua tingkah kamu ini
terhadapku, yang membiarkan aku berfikir dan menemukannya? Kau pun jelas melihat
butiran air mata dipipiku, pipi yang pernah kau hangatkan dengan jari-jemarimu
dan bibirmu, berganti dengan jatuhan air mata yang diakibatkan dengan seseorang
yang sama;kamu. Hari dimana kamu melihat aku menangis dan hari dimana semua itu
aku tahu. Hari yang sama ketika aku menangis jelas di matamu kamu pun ingin
menangis tapi malam itu kau lebih membuat aku menderita. Selama kita menjalin
hubungan, kau juga berhubungan dengan wanita itu.
Bagaimana
aku tak sakit? Aku tak mau lebih mencari tau saat kamu menjalin hubungan sama
aku kaupun dengannya, yang aku tak tau kau hanya ketikkan di bbm atau sms atau
kau bertemu dengannya. Walau wanita itu berkata bahwa kalian masih berhubungan
dan kamu sering kerumahnya. Aku tak pernah membayangkan bahwa pria yang pernah
membuat aku tertawa kini mengubah semua itu menjadi tangisan yang luar biasa. Inikah
balasanmu atas semua yang pernah aku beri baik kenangan maupun luka? Puaskah kau
menyakiti aku dengan tindakan yang tak pernah kau fikir bahwa lambat laun aku
akan mengetahuinya? Inikah jawabannya ketika aku ingin melihat hpmu kau selalu
mengelak? Inikah jawabannya kenapa aku tak pernah di publish di sosmedmu? Kau mendekati
wanita itu ataupun wanita lainnya tanpa sepengetahuanku dan kau ingin mereka
tak tau? Padahal sayang, jelas aku katakan diawal jika kamu sedang mendekati
wanita lain jujur saja dan aku pun akan mundur. Memang benar aku ingin kamu
seperti dulu, tapi bukan berarti kamu mencari diri kamu yang dulu dengan
berhubungan yang salah satunya wanita itu dekat denganmu lalu kau datang
kembali denganku. Aku menyakitimu dan kau membalasnya dengan beribu kali lipat
dan beribu kata tapi kau tak pernah menjelaskannya.
“Sayang”
ijinkan aku memanggil dan mengetik kata itu untukmu hari ini. kau memang
berlianku sayang baik dulu maupun sekarang. Walau berlianku tak seindah pertama
kali ketika aku mengenggamanya, kamu tetap berlianku. Aku memang wanita jahat,
kau tak pantas mendapatkan aku. Karna aku, pria yang aku sayang menjadi begini.
Aku juga tarik perkataanku, jika lagu yang kamu share di sosmed ternyata bukan
buat aku, bodohnya aku. Sayang, jika bukan aku yang bisa membuatmu jadi seperti
dulu aku menitip doa pada Tuhanku agar setiap langkahmu tidak mendapatkan wanita
yang seperti aku. Kau seperti hujan, karna hujanlah membuat kita semakin dekat dan
menjadi salah satu kenangan kita serta disaat itu pelangi ada, keduanya selalu
terindah buat aku.
“19 Oktober 2014, terimakasih atas kehadiranmu. Tawa,
tangisan, iringan alunan Blackout-Selalu Ada, hujan dan pelangi aku berterimaksih
pula dengan itu semua”