Tuesday 9 February 2016

Belajar Melepasmu Seperti Kau melepasku

Mengapa ada pertemuan jika ujungnya harus berpisah? Kita bertengkar hebat sampai pada akhirnya kamu mengatakan “Break”, Mengapa kamu tak jujur saja bahwa kamu sedang mendekati seseorang? Itukah alasan kamu mengapa kita “Break”? ataukah kamu mau mencari kesalahan aku lainnya? Sesakit inikah aku mempunyai perasaan terhadapmu? Adakah yang paling sakit ketika kau dibohongi oleh orang yang seratus persen kamu percayai? Dan, kamu merusak kepercayaan yang telah kubangun susah payah demimu? Yang jelas, saat ini, aku tahu siapa pria yang selama ini aku cintai dan kuperjuangkan. Kamu cuma pria yang ingin masih main-main tanpa kamu tau penyebab permainan itu. Kamu cuma pria pembohong yang menghalalkan segala cara untuk menutupi kebohongan kamu.

Aku akan mengatakan dengan sejujurnya, ketika kamu mengajakku kenalan. Kamu tampak seperti pria yang manis disaat malam itu. Kamu pria sempurna buat aku. Pria yang berumur dua puluh satu; saat pertama kali kenal, dengan memakai jaket biru, shirt abu abu, celana jeans, berkacamata tanpa minus, pria yang mempunyai khas tinggi seperti pemain basket, pipi yang tembem, berkulit sawo matang, bibir kemerahan, pria berdada bidang. Kamu sempurna mas, bahkan sinar dari wajahmu membuat aku ingin selalu bersama. Aku terbawa suasana dengan percakapan yang saling terlontarkan. Aku terhanyut akan suaramu yang selalu terdengar di telingaku bagaikan malaikat yang menuntun indahnya surga. Suara yang memanggilku dengan kata sayang dan cinta serta suara yang menahanku buat pergi dari sisimu, masih terdengar mas di telingaku sampai saat ini.

Dan aku pun akan mengatakan dengan sejujurnya, ketika kamu mengajakku berpisah. Kamu tampak pria pengecut, yang tak bisa mengucapkan “putus” dihadapanku bahkan menatap mataku yang selama ini kau sering tatap saja kamu tak berani. Bibirmu penuh dusta. Jemarimu seperti sayatan untukku. Suaramu bagaikan neraka. Apalah arti aku mas, jika selama ini komitmen kita Kepercayaan dan Kejujuran tak kau lakukan? Aku hanya ingin mendengar semua dari bibirmu, bibir yang pernah aku kecup,Mas. Susahkah untuk jujur?
Kamu membawaku ke atas menikmati indahnya dunia bersamamu. Aku ingat kala itu saat jemarimu mengenggam erat jemariku, tatapan mata yang penuh hangat dan saling melontarkan tanpa ucap “Aku Rindu”, senyuman yang tergaris di bibir yang sempurna hingga selalu kutatap foto kita berdua dilayarku. Dan kamu jatuhkan aku seketika tanpa ada uluran tanganmu. Kamu hapuskan secepat kilat mimpi itu, jemarimu kau ulurkan dan genggam untuk gadis lain, tatapan mata serta senyuman dari bibir yang kini aku lihat bukanlah untukku. Inikah pria yang aku cintai dan aku perjuangkan serta aku pentingkan?

Terimakasih pernah membangun mimpi yang pada akhirnya kau hapus.
Terimakasih kau membiarkan aku menikmati indahnya Hujan dan Pelangi.
Terimakasih telah mengajarkan aku berdiri dan berjalan di atas pecahan kaca tanpa alas.
Terimakasih mengajarkan aku berpegangan pada kawat duri ketika kamu tak mengulurkan tangan.
Terimakasih atas kebohongan yang kamu beri walau bukan dari bibirmu.
Terimakasih atas cacian serta hinaan orang lain untukku atas pernyataanmu yang tak pernah aku tau mengapa itu terucap unttuku.
Terimakasih atas janji-janji yang pernah kau ucap, kini hanya terdengar seperti sampah.
Terimakasih telah membuat aku sebagai wanita tolol yang pernah memperjuangkanmu tanpa tau sebenernya kamu tak menginginkanku.
Terimakasih telah melepaskan aku, dengan begitu kelak aku tak menyesali kepergianmu.

Kini aku belajar melepasmu seperti kamu dengan mudahnya melepasku.

Teruntuk Pria yang pernah ku perjuangkan AS