Mengapa ada pertemuan
jika ujungnya harus berpisah? Kita bertengkar hebat sampai pada akhirnya kamu
mengatakan “Break”, Mengapa kamu tak jujur saja bahwa kamu sedang mendekati
seseorang? Itukah alasan kamu mengapa kita “Break”? ataukah kamu mau mencari
kesalahan aku lainnya? Sesakit inikah aku mempunyai perasaan terhadapmu? Adakah yang paling sakit ketika kau dibohongi oleh orang yang seratus
persen kamu percayai? Dan, kamu merusak kepercayaan yang telah kubangun susah
payah demimu? Yang jelas, saat ini, aku tahu siapa pria yang selama ini aku
cintai dan kuperjuangkan. Kamu cuma pria yang ingin masih main-main tanpa kamu
tau penyebab permainan itu. Kamu cuma pria pembohong yang menghalalkan segala
cara untuk menutupi kebohongan kamu.
Aku akan mengatakan dengan sejujurnya, ketika kamu mengajakku
kenalan. Kamu tampak seperti pria yang manis disaat malam itu. Kamu pria
sempurna buat aku. Pria yang berumur dua puluh satu; saat pertama kali kenal, dengan
memakai jaket biru, shirt abu abu, celana jeans, berkacamata tanpa minus, pria
yang mempunyai khas tinggi seperti pemain basket, pipi yang tembem, berkulit
sawo matang, bibir kemerahan, pria berdada bidang. Kamu sempurna mas, bahkan sinar
dari wajahmu membuat aku ingin selalu bersama. Aku terbawa suasana dengan
percakapan yang saling terlontarkan. Aku terhanyut akan suaramu yang selalu
terdengar di telingaku bagaikan malaikat yang menuntun indahnya surga. Suara yang
memanggilku dengan kata sayang dan cinta serta suara yang menahanku buat pergi
dari sisimu, masih terdengar mas di telingaku sampai saat ini.
Dan aku pun akan mengatakan dengan sejujurnya, ketika kamu
mengajakku berpisah. Kamu tampak pria pengecut, yang tak bisa mengucapkan “putus”
dihadapanku bahkan menatap mataku yang selama ini kau sering tatap saja kamu
tak berani. Bibirmu penuh dusta. Jemarimu seperti sayatan untukku. Suaramu bagaikan
neraka. Apalah arti aku mas, jika selama ini komitmen kita Kepercayaan dan
Kejujuran tak kau lakukan? Aku hanya ingin mendengar semua dari bibirmu, bibir yang
pernah aku kecup,Mas. Susahkah untuk jujur?
Kamu
membawaku ke atas menikmati indahnya dunia bersamamu. Aku ingat kala itu saat
jemarimu mengenggam erat jemariku, tatapan mata yang penuh hangat dan saling melontarkan
tanpa ucap “Aku Rindu”, senyuman yang tergaris di bibir yang sempurna hingga
selalu kutatap foto kita berdua dilayarku. Dan kamu jatuhkan aku seketika tanpa
ada uluran tanganmu. Kamu hapuskan secepat kilat mimpi itu, jemarimu kau
ulurkan dan genggam untuk gadis lain,
tatapan mata serta senyuman dari bibir yang kini aku lihat bukanlah untukku. Inikah pria yang aku cintai dan aku perjuangkan serta aku pentingkan?
Terimakasih
pernah membangun mimpi yang pada akhirnya kau hapus.
Terimakasih
kau membiarkan aku menikmati indahnya Hujan dan Pelangi.
Terimakasih
telah mengajarkan aku berdiri dan berjalan di atas pecahan kaca tanpa alas.
Terimakasih
mengajarkan aku berpegangan pada kawat duri ketika kamu tak mengulurkan tangan.
Terimakasih
atas kebohongan yang kamu beri walau bukan dari bibirmu.
Terimakasih
atas cacian serta hinaan orang lain untukku atas pernyataanmu yang tak pernah
aku tau mengapa itu terucap unttuku.
Terimakasih
atas janji-janji yang pernah kau ucap, kini hanya terdengar seperti sampah.
Terimakasih
telah membuat aku sebagai wanita tolol yang pernah memperjuangkanmu tanpa tau
sebenernya kamu tak menginginkanku.
Terimakasih
telah melepaskan aku, dengan begitu kelak aku tak menyesali kepergianmu.
Kini aku belajar
melepasmu seperti kamu dengan mudahnya melepasku.
Teruntuk Pria yang pernah ku perjuangkan AS