KONFLIK DALAM ORGANISASI
2Ka07
KELOMPOK 2
Adinda Khumairoh 10112200
Aldo Agrty Fauzan 10112585
Bima Prasetyo 10108422
Dodi
Firmansyah 10108625
Jesicca 13112928
Muamar 14112736
Ryoan
Pratama 16112762
Yuan
Darussalam 17112884
DOSEN : Ibu Ira Phajar Lestari
Matkul : Teori Organisasi Umum
2013-2014
A. Jenis Konflik
Menurut
Baden Eunson (Conflict Management, 2007,diadaptasi), terdapat beragam jenis
konflik:
☼
Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat
hirarki,seperti antara manajemen puncak dan manajemen menengah, manajemen
menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa
bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian
kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan karir.
☼
Konflik Horisontal, yang terjadi di
antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki yang sama di dalam
perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang
tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan
pemasaran.
☼
Konflik di antara staf lini, yang terjadi di
antara orang-orang yang memiliki tugas berbeda. Misalnya antara divisi
pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap akan
efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding sedikit-sedikit
tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan menghendaki jumlah
yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya antara divisi
produksi dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam
sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi
jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya manusia yang akhli
dan teknologi yang tepat.
☼
Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang
seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena
tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari seorang
manajer, dan sistem koordinasi yang tidak jelas.
B. Faktor penyebab
konflik
☼
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang
unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda
satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab
dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman,
tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu
karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
Seseorang sedikit
banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan
pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu
yang dapat memicu konflik.
☼
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki
perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal
yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya
perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan
sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga
harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon
karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha
kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang
dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian
dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada
perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga
akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan
kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu
pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu,
misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena
perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang
memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati
sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
Perubahan adalah
sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung
cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik
sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses
industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai
lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat
berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang
berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan
bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai
kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan
waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas
seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan
ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan
proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan
terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan
masyarakat yang telah ada.
C. Penyebab Konflik
Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain
sebagai berikut:
☼ Batasan pekerjaan
yang tidak jelas
☼ Hambatan komunikasi
☼ Tekanan waktu
☼ Standar, peraturan
dan kebijakan yang tidak masuk akal
☼ Pertikaian antar
pribadi
☼ Perbedaan status
☼ Harapan yang tidak
terwujud
D. Pengelolaan Konflik
Konflik dapat dicegah atau dikelola
dengan :
☼
Disiplin : Mempertahankan
disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat
harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi.
Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
☼
Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan
Kehidupan : Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk
mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya :
perawat junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi
dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
☼
Komunikasi : Suatu Komunikasi
yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya
yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan
komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan
sebagai satu cara hidup.
☼
Mendengarkan secara aktif : Mendengarkan
secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan
bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar,
mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa
mereka telah mendengarkan.
E. Teknik Atau Keahlian
Untuk Mengelola Konflik
Ada beberapa pendekatan dalam resolusi konflik yaitu
tergantung pada :
☼ Konflik itu sendiri
☼ Karakteristik
orang-orang yang terlibat di dalamnya
☼ Keahlian individu
yang terlibat dalam penyelesaian konflik
☼ Pentingnya isu yang
menimbulkan konflik
☼ Ketersediaan waktu
dan tenaga
F. Strategi Dalam
Menyiasati Konflik
☼
Menghindar
Menghindari konflik
dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting
atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi”
☼
Mengakomodasi
Memberi kesempatan
pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila
isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama
dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang
menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan
menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
☼
Kompetisi
Gunakan metode ini
jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang
lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan
nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi
merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
☼
Kompromi atau
Negosiasi
Masing-masing
memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan
menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan
semua pihak.
☼
Memecahkan
Masalah atau Kolaborasi
ü Pemecahan sama-sama
menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
ü Perlu adanya satu
komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling
memperhatikan satu sama lainnya.
G. Petunjuk Pendekatan
Situasi Konflik
Ada beberapa pendekatan situasi konflik, diantaranya :
☼ Diawali melalui
penilaian diri sendiri
☼ Analisa isu-isu
seputar konflik
☼ Tinjau kembali dan
sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri.
☼ Atur dan rencanakan
pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik
☼ Memantau sudut
pandang dari semua individu yang terlibat
☼ Mengembangkan dan menguraikan
solusi
☼ Memilih solusi dan
melakukan tindakan
☼ Merencanakan
pelaksanaannya
H. Penanganan
Konflik
Konflik termasuk jenis khusus frustrasi yang memerlukan
memilih antar alternatif. Dalam hal ini konflik tidak sebagai benturan
keinginan langsung sebagaimana frustrasi, melainkan sebagai benturan ketegangan
yang penanganannya (conflict handling)
memerlukan pemilihan alternatif, dan bila sudah tertanggulangi maka
ketegangannya akan segera hilang. Oleh sebab itu, tentunya dalam penanganan
konflik perlu mengetahui langkah-langkah proses.
Langkah-langkah dalam proses konflik pertama
merupakan awal dari pengalaman perilaku frustrasi dalam kesanggupan
mencapai tujuan yang diinginkan, kedua sebagai konseptual situasi perilaku
frustrasi, ketiga sebagai wakil penerang dari koseptual situasi, dan keempat
bagian dari reaksi dan kelima sebagai hasil dari beberapa produk konflik.
Kelima langkah tersebut menggambarkan sebagai kesatuan episode konflik satu ke episode konflik lainnya,
sehingga proses konflik merupakan konsekuensi dari proses yang satu menuju dan
berkembang ke proses konflik lain. Oleh sebab itu dalam penanganan konflik
harus berpijak dari titik dan episoda mana konflik terjadi. Demikian pula dalam
melakukan penanganan dan penanggulangan konflik dalam organisasi perlu
diketahui misi, visi, ruang lingkup, kegiatan, budaya dan produk organisasi
tersebut dalam melakukan berbagai penanggulangan dan penanganan konflik,
sehingga dalam budaya organisasi dapat mengidentifikasikan dan melakukan
intelligensi atau penelusuran konflik yang timbuldi dalamnya, sehingga
penanggulangan dan penanganan konflik merupakan salah satu ciri budaya
organisasi dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Sehubungan penangan konflik sebagai salah satu ciri dari
budaya organisasi, maka benturan budaya dan konflik budaya organisasi merupakan
dua gejala budaya yang perilakunya menggambarkan kekuatan nilai-nilai
organisasi yang saling berbenturan. Menurut Robin yang dikutip oleh Taliziduhu Ndaka konflik budaya
adalah di bawah kondisi when cultures collide atau kapan budaya terjadi
tabrakan. Konflik budaya organisasi timbul bilamana seseorang anggota
organisasi berinteraksi dengan anggota yang lain yang memiliki perbedaan budaya
berbeda setiap individunya, jadi bila seseorang tidak dapat mengadaptasikan
budayanya apakah budaya berpikir, budaya
sikap dan perilaku maka akan terjadi benturan yang tidak dapat dielakan sehingga antarindivddu atau personal,
kelompok atau grup maupun organisasi akan terjadi konflik budaya organisasi.
tentunya agar benturan dan konflik budaya tidak merusak maka perlu dilakukan
penanganan konflik secara hati-hati.
Telah disinggung sebelumnya bahwa dalam organisasi
pendidikan banyak terjadi konflik yang bersifat intra personal dan antar
personal dalam lingkungan internalnya, yaitu antar diri sendiri, antara staf
dengan staf antara pimpinan dengan pimpinan dan antara staf dan pimpinan,
sedangkan konflik antar personal yang berhubungan dengan lingkungan luar
kebanyakan konflik antara mahasiswa dan staf pelayanan mahasiswa. Untuk konflik
antar kelompok terjadi diantara unit-unit kerja dalam lingkungan pendidikan,
sedangkan konflik antar organisasi terjadi antara organisasi pendidikan dengan
organisasi kemasyarakatan. Untuk lebih jelasnya bagaimana dalam menangani
konflik yang erat hubungannya dengan mutu pelayanan akademik maka akan
dijabarkan secara rinci konflik intra diri, konflik antarpersonal, kelompok dan
organisasi sebagai berikut.
☼ Penanganan
Konflik Intrapersonal dalam Organisasi
Konflik
intrapersonal sebagai konflik internal individual yang sulit dianalisis, pada prinsipnya konflik intrapersonal
merupakan hubungan antara kebutuhan, motif (usaha untuk meraih) dan tujuan yang
hendak dicapai atau need-drive-goal. Oleh sebab itu penangan
konflik intra personal harus dilihat dari aspek motivasi dari seseorang dalam
menanggulangi hambatan yang menghadang dirinya. Jadi seorang pemimpin atau
pengelola organisasi bila melihat bawahannya mengalami konflik intrapersonal yang perlu diperhatikan
adalah menelusuri apa yang menjadi tujuan individualnya bekerja dan apa
penghalang dalam melakukan tugas kerjanya di organisasi.
Sumber
konflik intrapersonal tersebut menurut Massie dan Douglas adalah berawal dari suatu kebutuhan pribadi yang memotivasi
individu seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu, tetapi dalam perjalanannya mengalami halangan besar sebagai jenis
frustrasi, sehingga individu orang tersebut menghadapi kedua tujuan yang bersifat positif maupun negatif serta
dituntut untuk bersaing dalam memilih tujuan. Bentuk konflik tersebut ternyata
menghasilkan aspek tujuan postif dan negatif serta persaingan tujuan, dimana
individu seseorang harus memilih alternatif. Karena konflik intrapersonal
merupakan konflik internal individu dan bersifat pribadi, jadi bisa saja
penghalang dari lingkungan organisasi yang masuk ke dalam pribadinya atau dari
dalam dirinya sendiri, maka cara menanggulangi konflik intrapersonal dalam organisasi adalah melalui diskusi atau
konsultasi antara pimpinan organisasi dan individu tersebut sepanjang ada
keterbukaan diri (self disclosure) dari individu orang tersebut atau bila
mungkin berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater yang relevan dengan
konflik antara masalah pribadi dengan tugas kerjanya. Tetapi pada prinsipnya
konflik intrapersonal yang paling bekepentingan adalah individu orang itu
sendiri. Bila konflik intrapersonal tersebut diimplementasikan dalam kegiatan
akademik maka baik mahasiwa staf maupun pimpinan-pimpinan lembaga pendidikan,
maka konflik intrapersonal bersumber kepribadian yang terpantul dan terkadang
menganggu kuliah atau tugas kerjanya.
☼ Penanganan
Konflik Interpersonal dalam Organisasi
Konflik
interpersonal atau antarpersonal didasari oleh emosi seseorang yang terjadi
karena tidak adanya keseimbangan apa yang diharapkan dengan apa yang
diperolehnya. Hal itu mengakibatkan terjadinya perbedaan yang dapat menimbulkan
perselisihan, pertengkaran dan lain sebagainya yang pada dasarnya terjadi
antagonis dalam proses interaksi antar individu atau personal dalam kegiatan
akademik. Banyak faktor sebagai penyebab konflik interpersonal, oleh sebab itu
dalam penanganan konflik interpersonal harus melihat beberapa aspek sumber yang
menyebabkan timbulnya konflik tersebut. Sebagian besar dari konflik interpersonal
berasal dari rintangan personal komunikasi, hal tersebut sesuai dengan
pandangan Stromberg dan Westerlund yang dikutip oleh Miner baliwa halangan
komunikasi dapat menimbulkan pseudoconflict, yaitu hasil dari ketidaksanggupan dari
partisipan dalam mencapai keputusan kelompok, karena terjadi kegagalan dalam
pertukaran informasi, opini atau ide, sekalipun dalam kelompok sudah memiliki
persetujuan bersama.
Konflik
interpersonal yang relevan dengan akademik adalah dalam pelayanan mahasiswa,
dimana terjadinya konflik interpersonal antara mahasiswa dengan staf, karena
kegagalan dalam mengkomunikasikan informasi, gagasan maupun ide, sehingga dalam
proses pelayanan mahasiswa lebih cenderung menerapkan ketentuan-ketentuan kaku
yang sering tidak cocok dengan ide maupun opini mahasiswa maupun staf akademik
dalam melakukan tugasnya.
Faktor
lain timbulnya konflik interpersonal tidak adanya kepuasan perannya dibanding
dengan peran orang lain, tetapi yang sering timbul konflik interpersonal
disebabkan karena konflik situasi, yang terakhir konflik interpersonal dapat
juga disebabkan karena perbedaan etnis dan ketidakpuasan peranan antara orang
satu terhadap orang lain dapat bersifat obyektif ataupun subyektif. Bila dalam
tolok ukur penilaian organisasi, dimana pemimpin memiliki kepribadian yang adil
dan bijaksana tentunya akan obyektif dalam menentukan peranan staf akan
disesuaikan dengan kemampuannya,tetapi bila berdasarkan subyektifltas suka dan
tidak suka maka akan menumbuhkan konflik antara pimpinan dan staf yang
berdampak terjadi konflik antar staf dengan staf dan bahkan bila kondisi
tersebut mengembang juga akan menimbulkan konflik interpersonal antar pimpinan
dengan pimpinan. Dalam menangani konflik interpersonal yang terbaik dalam
organisasi lembaga pendidikan harus kembalipada aturan dan tata tertib dan garis kebijakan lembaga pendidikan
sebagai tolok ukur yang dapat menanggulangi konflik interpersonal sekalipun
terkadang emosi setiap anggota organisasi akan terus terlibat di dalamnya. Di
samping itu perlu adanya penumbuhan jiwa
besar dari semua pihak yang terutama pimpinan atau pengelola organisasi lembaga
pendidikan sebagai panutan dari stafnya.
☼ Penanganan
Konflik Antar Kelompok dalam Organisasi
Dalam
organisasi terdiri dari kelompok-kelompok atau unit kerja, yang masing-masing
berusaha untuk memperoleh dan mencapai kepuasan tertentu dalam mencapai tugas
dan tujuan organisasi, hal tersebut sering terjadi konflik yang sering disebut
konflik antar kelompoki (intergroup
conflict) sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya, hal ini sering terjadi karena iklim atau atmosfer sangat
berpengaruh terhadap produktivitas kerjanya. Dan menurut Donnely, Gihson dan
Ivancevich dalam konflik intergroup atau antar kelompok ditentukan oleh:
☼ keterbatasan sumber daya
☼ masalah komunikasi
☼ perbedaan kepentingan dan tujuan
☼ perbedaan persepsi dan sikap
☼ ketidakjelasan (lack clarity)
Dalam implementasinya terdapat tiga jenis
konflik yang timbul dalam organisasi, yaitu:
☼ prosedural conflict
☼ subtantive conflict
☼ affective conflict
Procedural
conflict terjadi apabila hubungan mitra kerja tidak saling setuju tentang
langkah-langkah yang harus diambil dalam upaya mencapai beberapa tujuan
organisasi
Subtantive
conflict terjadi akibat hubungan mitra kerja dalam organisasi tidak setuju
tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai
Affective
conflict terjadi bila penyerangan kepada
mitranya. Dan sangat dipercaya bahwa affective conflict biasanya dihasilkan
dari ketidaksanggupan individual secara adil mengatasi ketegangan yang
berlebihan. Bila diimplementasikan ke dalam organisasi lembaga pendidikan, maka
sumber masalah konflik antar kelompok tersebut harus ditangani secara efektif
dalam melihat keterbatasan sumber daya, struktur organisasi, perbedaan
persepsi, perbedaan tugas dan tanggung jawab dan kemungkinan kesalahpahaman
akibat komunikasi atau informasi yang tidak jelas dengan mengukur intensitas
sikap dan taruhan berdasarkan model Blake, Shepard dan Moulton.
Menurut
Donnelly, Gibson dan Ivancevich, dalam penanganan konflik antar kelompok (intergroup conflict handling] perlu mengevaluasi tentang:
☼ strategi manajemen
☼ pendekatan langsung
☼ persuasi
☼ tawar menawar
☼ pemecahan masalah.
Kelima
unsur tersebut penting dan perlu dievaluasi dalam kebijakan manajemen lembaga pendidikan. Dalam
pelaksanaan evaluasi tersebut sangat diperlukan kemampuan para pengelola
lembaga dalam menagani setiap terjadinya konflik antar kelompok dari setiap
unit kerja tidak sampai merusak kinerja organisasi lembaga pendidikan secara keseluruhan.
☼ Penanganan
Konflik Antar Organisasi
Perspektif
konflik sebagai dasar asumsi kehidupan sosial yang selalu terus berjuang yang
anggota dari kelompok organisasinya mengontrol sumber daya yang langka. Dalam
hal ini individual maupun kelompok bertindak sebagai wakil organisasi, dengan
cara demikian implementasinya dalam organisasi pendidikan, adalah akan selalu
menjaga dan melakukan penempatan posisi strategis yang menguntungkan dalam
menghadapi organisasi pendidikan lainnya, agar mencapai tingkat tinggi di mata
masyarakat. Konflik antar organisasi lembaga pendidikan pada prinsipnya adalah
melakukan kompetisi untuk merebut pangsa
pasar jasa pendidikan, oleh sebab itu dalam manajemen perlu membuat strategi
untuk menarik perhatian dalam mencapai keunggulau produk tertentu. Misalnya
dengan kualitas kelulusan, mutu pelayananan, keunggulan pembayaran (leader
price), ketepatan strategi manajemen, komitmen, penanganan konflik (conflict
handling) dan lain sebagainya.
Saat
ini dalam organisasi modern menawarkan teori varian model lingkungan
(contingency model) tentang konflik
sebagai jalan terbaik untuk menganalisis konflik organisasi, yaitu kurva linier
hubungan antara konflik dan kinerja organisasi yang dibagi dalam tiga zona,
yaitu zona:
☼ rangsangan konflik
☼ optimal konflik
☼ penurunan konflik.
Sensitivitas zona-zona tersebut
diperlukan pengamatan yang teliti agar dapat menentukan ketepatan dalam
pengelolaan strategi. Dengan mengetahui konflik internal organisasi maka
diharapkan organisasi tersebut dapat menanggulangi dan menangani konflik
organisasi secara efektif. Secara keseluruhan dalam solusi penanganan konflik
dapat diberikan referensi:
☼ penarikan (withdrawal) satu atau lebih partisipan yang
sedang konflik
☼ menganggap konflik tidak ada
☼ kompromi demi berakhir konflik
☼ memaksa konflik untuk ikut campur tangan dari pihak ketiga
☼ dikonfrontasikan antara peserta konflik dalam usaha untuk
penyelesaian masalah.
Dari referensi tersebut maka upaya
dalam penanganan konflik baik yang bersifat interpersonal, intergroup
maupun interorganization dapat ditanggulangi dan diselesaikan secara efektif. Hal
ini merupakan tantangan sekaligus sebagai peluang untuk belajar dan menambah
pengalaman para pemimpin atau pengelola organisasi lembaga pendidikan saat ini
maupun masa mendatang.
BAB
III
KESIMPULAN
Konflik merupakan hal yang
tidak bisa dihindari dalam sebuah organisasi, disebabkan
oleh banyak faktor yang pada intinya
karena organisasi terbentuk dari banyak individu & kelompok yang
memiliki sifat & tujuan yang berbeda satu sama lain.
Kehadiran konflik
dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan tetapi hanya dapat dieliminir.
Konflik dalam organisasi dapat terjadi antara individu dengan individu, baik
individu pimpinan maupun individu karyawan, konflik individu dengan kelompok
maupun konflik antara kelompok tertentu dengan kelompok yang lain. Tidak semua
konflik merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik
dapat berujung pada keuntungan organisasi sebagai suatu kesatuan, sebaliknya
apabila konflik tidak ditangani dengan baik serta mengalami eskalasi secara
terbuka dapat merugikan kepentingan organisasi.
Dari referensi tersebut maka upaya dalam penanganan
konflik baik yang bersifat interpersonal, intergroup
maupun interorganization dapat ditanggulangi dan diselesaikan secara efektif.
Hal ini merupakan tantangan sekaligus sebagai peluang untuk belajar dan
menambah pengalaman para pemimpin atau pengelola organisasi lembaga pendidikan
saat ini maupun masa mendatang.
BAB IV
PENUTUP
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kitik dan saran yang
membangun kepada penulis demi kesempurnaannya makalah ini dan penulisan makalah
dikesempatan-kesempatan lainnya.
Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya, juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
J.
Winardi. 2003. Teori Organisasi & Pengorganisasian. Rajawali Press
Hammer
& Organ. 1987. Organizational Behavior. Bussiness Publication Inc.
Kenneth
Wexley & Gary Yuki. 2005. Perilaku Organisasi & Psikologi Personalia.
Rineka Cipta
Flista.staff.gunadarma.ac.id http://konflikperundingan.wordpress.com
A. Judge. Timothy dan Stephen P. Robbins. 2008. Prilaku
Organisasi, Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
No comments:
Post a Comment