Thursday 19 November 2015

Kau Katakan Dengan Jari-Jemarimu

 “Bagaimana kabarmu? Apakah kamu baik-baik saja? Tidurmu nyenyak? Apa kamu tambah tembem? Makanmu teratur? Kesehatanmu terjaga? Bagaimana hari demi hari kerjamu? Apa kamu masih memakai barang pemberianku?” pertanyaan itu ingin aku sampaikan tapi aku tak ada keberanian karna kini aku sudah diberi kejelasan bukan dengan mulutmu tapi dengan jari jemarimu yang kau kirimkan pada wanita yang sempat menjadi pacarmu tapi hanya sebentar karena aku hadir di hidupmu kembali. Jujur aku masih belum terima atas sakit yang kau beri. Mulutku ihklas tapi hatiku tidak sejalan. Aku menangis kamu tertawa. Kau menertawakan aku di setiap aku tampil di layarmu bahkan kau tertawa bersama dengan wanita itu. Wanita yang pernah bilang aku Hello Kity dan sekarang aku di kasihani olehnya.
Dulu kau adalah pria idaman setiap wanita, termasuk aku. Sudahkah aku bilang dan aku publish? Kau Berlianku dan Wanita Jahat. Salah satu judul tulisan yang aku buat untukmu. Aku publish, karna aku tak tau harus menyampaikan itu semua denganmu bagaimana caranya. Bagaimana caranya supaya kau tau saat mulut tak bisa mengeluarkan kata demi kata, bagaimana caranya supaya kau tau hanya air mata yang bisa menjelaskan, bagaimana hati aku sakit karna pria yang pernah jadi idamannya. Pria yang pernah disayang dan diperjuangkan kini mengkhianatinya? Kau pernah mengalaminya tapi kini kau lemparkan itu semua dengan wanita yang pernah bersamamu, dengan wanita yang pernah mengorbankan dirinya untukmu dan wanita itu selalu berusaha mengembalikan semua kesalahan yang pernah dia lakukan.
Aku merasa kau mencintaiku bahkan menyayangiku dengan tulus ketika kau tidak mengetahui aku jalan dengan sahabatku, sahabat yang tak pernah kau suka. Aku merasa semua berawal dari situ. Kau tak pernah publish aku di sosmed, tak pernah menggenggam dengan hangat ketika aku berjuang antara hidup dan mati, tak pernah menunjukkan bahwa inilah wanita yang aku sayang. Walaupun jari-jemarimu yang berkata tapi hatimu tidak meng-iyakan itu. Lebih baik aku disakitin dengan mulutmu dibandingkan aku sakit karna jari-jemarimu. Jari-jemarimu menakutkan aku kini :’( karena itu aku tidak akan menyakitimu dengan jari-jemariku. Kata-kata kasar yang pernah aku ucap dan aku ketik, aku tarik. Walau itu semua benar tapi aku sadar aku telah banyak menyakitimu dulu pergi sesuka hati begitupun dengan kembali. Kau pernah bilang “Kamu pergi sesuka hati dan seenaknya kamu kembali. Ini Hati bukan Mainan”. Aku teringat itu dan aku harusnya tidak mengeluarkan kata kasar.
Baru sadar kita tak memiliki hubungan sudah terjalin tiga bulan. Buatmu, tiga bulan masa yang indah karna aku tak ada disampingmu dan kau bisa dekat dengan wanita lain termasuk wanita itu. Tapi sadarkah, kau membuat ketidakjelasan atas hubungan kita. Kenapa kamu tak pernah bilang langsung, sayang :’( kenapa aku yang harus tau itu sendiri :’( puaskah kamu membayar lukamu dengan semua tingkah kamu ini terhadapku, yang membiarkan aku berfikir dan menemukannya? Kau pun jelas melihat butiran air mata dipipiku, pipi yang pernah kau hangatkan dengan jari-jemarimu dan bibirmu, berganti dengan jatuhan air mata yang diakibatkan dengan seseorang yang sama;kamu. Hari dimana kamu melihat aku menangis dan hari dimana semua itu aku tahu. Hari yang sama ketika aku menangis jelas di matamu kamu pun ingin menangis tapi malam itu kau lebih membuat aku menderita. Selama kita menjalin hubungan, kau juga berhubungan dengan wanita itu.
Bagaimana aku tak sakit? Aku tak mau lebih mencari tau saat kamu menjalin hubungan sama aku kaupun dengannya, yang aku tak tau kau hanya ketikkan di bbm atau sms atau kau bertemu dengannya. Walau wanita itu berkata bahwa kalian masih berhubungan dan kamu sering kerumahnya. Aku tak pernah membayangkan bahwa pria yang pernah membuat aku tertawa kini mengubah semua itu menjadi tangisan yang luar biasa. Inikah balasanmu atas semua yang pernah aku beri baik kenangan maupun luka? Puaskah kau menyakiti aku dengan tindakan yang tak pernah kau fikir bahwa lambat laun aku akan mengetahuinya? Inikah jawabannya ketika aku ingin melihat hpmu kau selalu mengelak? Inikah jawabannya kenapa aku tak pernah di publish di sosmedmu? Kau mendekati wanita itu ataupun wanita lainnya tanpa sepengetahuanku dan kau ingin mereka tak tau? Padahal sayang, jelas aku katakan diawal jika kamu sedang mendekati wanita lain jujur saja dan aku pun akan mundur. Memang benar aku ingin kamu seperti dulu, tapi bukan berarti kamu mencari diri kamu yang dulu dengan berhubungan yang salah satunya wanita itu dekat denganmu lalu kau datang kembali denganku. Aku menyakitimu dan kau membalasnya dengan beribu kali lipat dan beribu kata tapi kau tak pernah menjelaskannya.
“Sayang” ijinkan aku memanggil dan mengetik kata itu untukmu hari ini. kau memang berlianku sayang baik dulu maupun sekarang. Walau berlianku tak seindah pertama kali ketika aku mengenggamanya, kamu tetap berlianku. Aku memang wanita jahat, kau tak pantas mendapatkan aku. Karna aku, pria yang aku sayang menjadi begini. Aku juga tarik perkataanku, jika lagu yang kamu share di sosmed ternyata bukan buat aku, bodohnya aku. Sayang, jika bukan aku yang bisa membuatmu jadi seperti dulu aku menitip doa pada Tuhanku agar setiap langkahmu tidak mendapatkan wanita yang seperti aku. Kau seperti hujan, karna hujanlah membuat kita semakin dekat dan menjadi salah satu kenangan kita serta disaat itu pelangi ada, keduanya selalu terindah buat aku. 

“19 Oktober 2014, terimakasih atas kehadiranmu. Tawa, tangisan, iringan alunan Blackout-Selalu Ada, hujan dan pelangi aku berterimaksih pula dengan itu semua”

No comments:

Post a Comment