Apakah
kamu ingat, pertama kali kita kenal? Sepertinya kamu tidak ingat, ya sepertinya
begitu. Di bulan Agustus aku mengenalmu. Perlukah aku menyebutkan secara
detail? “facebook”, media sosial yang tidak asing, bukan? “hey, boleh kenalan?”
tetapi aku tak menggubrish pesanmu. “jesicca?” kedua kalinya aku tak
menggubrish. “temennya fanny ya?” ini ketiga kalinya pesanmu memenuhi pesan—FB
aku, dan aku reply “iya, temennya fanny juga ya?” dari situlah percakapan yang
tadinya hanya sekedar di—FB kini kamu memenuhi layar—Handphoneku. “kakak-ade”
itulah panggilan kita. ingatkah panggilan itu, kak? Aku memanggilmu kakak karna
aku meghormati umurmu. Lebih tepatnya berbeda tiga tahun. hari demi hari kita
semakin akrab walau hanya lewat media komunikasi. Aku tak tau bagaimana
fisikmu. Jelas, aku tak mengetahuinya karena kita bertemu lewat media sosial.
Kamu pun sebaliknya. Aku ingat ketika itu, tanggal kelahiranku. Di hari itu
pula, aku mendengar suaramu. Ya, karena sebelumnya kita hanya lewat SMS. Kamu rela
nelfon yang jelas-jelas kartu perdana kita berbeda. Mungkin, karena keasikkan
kita ngobrol ditengah-tengah pembicaraan komunikasi pun terputus. Entah aku
merasa dari situlah kita semakin tak bisa lepas dan memutuskan untuk bertemu.
Kamu
tau kak? aku sangat gugup untuk bertemu denganmu. Aku tak pernah bertemu
seorang pria lewat media sosial, sendiri. Tapi aku memberanikannya. Minggu, 15
September 2013 pukul 08.30pm, kita sepakat bertemu di depan Mall ternama kota
Cilegon. Aku menunggu...menunggu dan kamu tiba percis ketika aku menoleh ke
arah jalan. Pria simpel, rambut yang tidak begitu keriting, badan yang tidak
terlalu gemuk, kulit tidak terlalu putih, celana pendek selutut, kaos berwarna
hijau gelap dan jaket berwarna coklat hitam mengendarai sepeda motor honda
beat-merah. Aku menghampirimu ditengah ramainya orang berjalan. Dari wajahmu
aku menangkap, kamu pria pemalu. Dan untung saja aku terlahir sebagai wanita
yang bisa dibilang begitu cepat adaptasi. Lalu kamu mengajak aku ke tempat
makan yang tidak begitu jauh. Kamu mengeluarkan sebungkus rokok dan menawarkan
aku “kamu mau makan apa?” aku pun jawab “gamau makan ah lagi diet” ucap aku. “hahaha iyaudah minum aja” jelas
suaramu. Suara yang biasanya terdengar di—HP kini suara itu aku dengar secara
langsung—depan aku. Percakapan yang begitu panjang tak aku duga semakin membuat
larutnya malam. Ditemani bulan yang saat itu terlihat indah sekali walaupun tak
ada bintang dan segumpalan asap rokok yang keluar dari mulutmu. Dipadukan
dengan candaan tawa yang kita buat untuk mencairkan suasana yang masih terlihat
canggung.
Masih
ingat kak? Ada karet gelang dihadapanku lalu aku memintamu membuatkan bintang? dan
dari situ pula kamu mulai menggenggam tanganku. Aku kangen kak masa-masa itu
walau hanya kakak-adik. Tetapi kenapa kakak berubah? Aku merasa kakak berubah,
ketika pertemuan untuk ketiga kalinya. Itu pun aku tak merasakan genggaman
tanganmu lagi karena pertemuan ketiga itu kita hanya tatapan mata—sepintas. Apa
karna aku marah-marah ketika aku tau kamu memanggil wanita lain dengan
sayang?cinta? Apa karna aku marah dan tau kakak menampilkan simbol cium dengan
wanita lain? Apa karna aku tau kamu genit sama wanita lain? Jujur aku udah
terbiasa menemui pria sepertimu. Belum pernah bertemu tetapi sudah dipanggil sayang
dan tiap kali SMS simbol cium selalu kau hadirkan dilayarku. Apa karena fisik
aku? Aku tidak cantik, aku pun gemuk berbeda dengan photo di FB? Karena itukah
kamu malu? Banyak yang bilang kamu cakep dan manis, temen aku mengakuinya. Iya Fanny,
itulah nama temenku yang kamu sebut, sampai akhirnya kamu bertemu dengan aku. Itukah
penyebabnya kamu berubah? Jika iya, seharusnya aku pura-pura tidak tau kamu
seperti apa sifatnya. Jika iya, aku tidak perlu marah-marah dan aku harusnya
sadar siapa aku. Aku kan bukan siapa-siapa kamu, tidak berhak marah. Jika iya, karna
fisik aku, perlukah aku merubah diri aku untuk kamu, kak? Apakah seorang pria berwajah tampan hanya
bisa dimiliki oleh wanita berwajah cantik? Iya, aku memang tidak pantas dan aku
bodoh sangat.
Kamu,
tau? Kenapa aku membedakan kamu dengan pria lainnya? Karena aku tersentuh
dengan pengorbanan kamu. Pengorbanan buat beli Hp baru dan kartu perdana yang
sama dengan aku. Padahal kita masih belum punya status yang jelas. Ketika kamu
ingin mendengarkan suara aku, kamu selalu pinjem hp temen kamu yang sama
operatornya dengan aku, hanya untuk berbincang sebentar melepas rindu. Cukupkah
kak, dengan alasan tersebut aku menyimpulkan bahwa, kamu benar sayang dan cinta
aku? Apa hanya aku yang terlalu bodoh mengartikan semua sikapmu?
No comments:
Post a Comment