Untuk kesekian kalinya aku menatap layar—Hp. Mataku
perih;menunggu seseorang yang biasanya mengucapkan “selamat padi dede” atau
“sudah jam 12.00 wib nih de waktunya sarapan siang” iya kini ucapan itu sudah
lenyap. Aku sadar, pasti kamu mau jauhin aku bukan? Apa namanya jika bukan “menjauh” jika seseorang sudah
tidak memberi kabar? Tidak perhatian lagi? Apakah kamu mau bilang “aku sibuk
de?” itukah yang kamu mau jelaskan? Bolehkah aku flashback dulu sebelum kita
memutuskan untuk bertemu?
Ingatkah kamu? Waktu itu kamu sibuk dan lelah dengan semua
rutinitasmu, tetapi kamu masih memberi kabar; “de, lagi apa?” atau “aku pulang
dulu ya, de”. Kalaupun kamu tak memberi kabar , sepulang rutinitas kamu pasti
nelfon walau hanya sebentar. Ingatkah?
Kak, aku sangat kangen dengan masa itu. Bolehkah pulang sebentar
saja? Suaramu ingin aku dengar,
perhatianmu ingin aku rasakan. Sengaja aku tidak men-delete semua pesanmu yang
berujung perhatian;hanya ingin merasakannya. Kak, ini sudah dua minggu lebih
kita tak komunikasi. Sadarkah sikapmuini menyiksaku? Sadarkah kamu membunuhku
secara perlahan? Memang aku akui, kamu menjauhi aku secara perlahan.
Permainanmu sangatlah rapih, tak aku kira kamu sehebat itu
memainkannya;sangatlah luar biasa. Tapi maaf untuk kali ini aku bukan wanita
yang bisa kamu permainkan dan kamu bodohi.
No comments:
Post a Comment