Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia dengan cara
menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai diperoleh suatu
kesimpulan. Ada dua proses bernalar, yaitu Deduksi (Deduktif) dan Induksi
(induktif).
Deduksi/Deduktif
Proses bernalar yang bertolak dari sebuah simpulan (umum) yang
didapatkan dari hal-hal yang bersifat khusus atau individu. Penarikan simpul
deduktif ini terdapat dua yaitu,:
1.
Penarikan simpulan
langsung
Diperoleh
dari satu premis untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan baru.
Contoh:
a.
Beberapa prajurit adalah
gagah berani. (premis)
Beberapa
orang yang gagah adalah prajurit.
b.
Semua rudal adalah senjata
berbahaya. (premis)
Tidak
satupun rudal adalah senjata tidak berbahaya.
2.
Penarikan simpul tidak
secara langsung
Memerlukan
dua premis. Penarikan simpulan tidak langsung dibedakan menjadi dua silogisme
dan entimen.
a.
Silogisme
Penarikan
simpulan melalui dua premis yaitu premis umum (PU) dan premis khusus (PK) guna
menurunkan premis baru (simpulan). Jadi, dalam silogisme terdapat tiga premis.
·
Premis umum(=PU):
menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (= semua A) memiliki sifat
atau hal tertentu (=B).
·
Premis khusus(=PK):
menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang(=C) adalah anggota golongan tertentu
itu(=A).
·
Simpulan(=S): menyatakan
bahwa sesuatu atau seseorang itu(=C) memiliki sifat atau hal tersebut pada
B(=B).
Uraian tersebut dapat dirumuskan,:
PU : semua A>B
PK : C>A
S : C=B
Contoh:
PU :
Semua pemilik mobil wajib membayar pajak
PK :
Pak Budiman memiliki sebuah mobil.
S :
Pak Budiman wajib membayar pajak.
1)
Silogisme Negatif
Ditandai
dengan menggunakan kata tidak atau bukan pada premis atau simpulan. Apabila
suatu premis dalam silogisme bersifat negatif, simpulannya pun bersifat
negative pula.
PU : Semua A=B:
Semua
penderita penyakit lever tidak boleh makan makanan yang berlemak.
PK : C=A:
Paman
mengidap penyakit lever.
S : C=A:
Paman
tidak boleh makan makanan yang berlemak.
2)
Silogisme Yang Salah
Dalam
suatu argument kita harus berhati-hati menggunakan penalaran pada silogisme.
Jika kita tidak berhati-hati, dapat ditimbulkan kesalahan pada waktu menarik
kesimpulan. Merumuskan premis harus sedemikian cermatnya sebab kesalahan sering
terjadi dalam penyusunan premis. Untuk menghindari kesalahan, perlu diperhatikan
dibawah ini:
·
Dari dua premis khusus
tidak dapat ditarik kesimpulan yang dapat dipercaya.
PK : A=B
:
Taufik
diterima sebagai mahasiswa Unpad.
PK : A=D:
Taufik
remaja yang taat beribadah. (bukan C)
S : D=B
(?):
Remaja
yang taat beribadah diterima sebagai mahasiswa Unpad?
Catatan:
dalam contoh tersebut tidak terdapat PU.
·
Dalam PK, A tidak menjadi
predikat. C tidak dihubungkan dengan A, tetapi dengan B. Jadi, baik PU maupun
PK dihubungkan dengan B. B menjadi
predikat. Dari silogisme demikian,tak dapat ditarik simpulan yang dapat
dipercaya.
PU : Semua A=B:
Semua
murid SMK adalah wanita.
PK : C=B:
Retno
seorang wanita.
K : C=A
(?):
Retno
seorang murid SMK(?)
·
Dari dua premis yang
negatif tidak dapat ditarik simpulan yang dipercaya.
PU : Semua A≠B:
Semua
kura-kura tidak menyusui anaknya.
PK : C≠A:
Buaya
bukan kura-kura.
K : C=B(?)
Jadi
buaya menyusui anaknya (?)
·
Jika PU tidak menyebutkan
seluruh anggota golongan, tetapi hanya beberapa anggota golongan itu saja,
tidak dapat ditarik suatu simpulan.
·
PU : Tidak semua A=B:
Tidak
semua orang Bali penganut Agama Hindu.
PK : C=A:
Budi
orang Bali.
K : C=B
(?):
Budi
penganut agama Hindu (?)
b.
Entimem
Bentuk
silogisme yang diperpendek dinamakan entimem (enthymeme).
Rumus: Entimem C=B karena C à
A
Silogisme
à Entimem atau bisa juga Entimem à
Silogisme
Silogisme
PU : A=B:
Pemimpin
yang jujur tidak ingin melakukan korupsi.
PK : C=A:
Pak isa
pemimpin yang jujur.
K : C=B:
Pak Isa
tidak ingin melakukan korupsi.
Entimem
Pak Isa tidak ingin
melakukan korupsi karena ia pemimpin yang jujur.
Referensi
Buku Paket Ganesha
Operation (GO) Kelas XI s/d XII
No comments:
Post a Comment