Periode
sastra adalah pengelompokkan hasil sastra berdasarkan waktu tertentu. Berikut
ini beberapa pendapat tentang periode sastra.
Ada
beberapa dasar pemikiran yang dijadikan para ahli untuk membuat penggolongan
periode sastra, antara lain sebagai berikut:
1. Bahasa
Sebelum bahasa Indonesia diikrarkan
sebagai bahasa nasional pada tahun 1928,
karya sastra Indonesia ditulis dalam
bahasa Melayu. Karya sastra yang memakai bahasa Melayu disebut Karya Sastra Melayu Lama. Setelah bahasa
Indonesia lahir, sastra Indonesia ditulis dengan bahasa Indonesia sehingga
sastranya disebut Sastra Indonesia.
2. Pengaruh
Asing
Pengaruh ini meliputi pengaruh Hindia, Arab, Barat dan Pendudukan Jepang.
Oleh karena itu, kita mengenal kesustraan
Hindu, masa Islam dan masa Jepang.
3. Pengaruh
Politik
Angkatan’66 timbul sebagai akibat protes
sosial terhadap pemerintah Orde Lama yang telah menyelewengan dari UUD’45 dan Pancasila.
4. Corak
dan Isi Karya Sastra
Setiap masa penciptaan karya sastra
memiliki gaya, corak dan tema yang berlainan, bisa karena pengaruh waktu, bisa
pula karena situasi masyarakat pada masa yang bersangkutan.
Salah
satu periodisasi sastra Indonesia yang banyak dijadikan acuan adalah
periodisasi sastra Indonesia yang banyak dijadikan acuan dalam periodisasi
versi H.B.Jassin.
A. Balai
Pustaka (1920-an)
Ciri-Cirinya
ialah sebagai berikut:
1. Bercorak
pasif-romantik-naturalistik;
2. Sentimental,
dan
3. Temanya
tentang adat.
Pelopor:
1. Merari
Siregar “Azab dan Sengsara” (1920)
2. Marah
Rusli “Siti Nurbaya” (1922)
3. Abdoel
Musis “Salah Asuhan” (1926)
B. Pujangga Baru (1933)
Ciri-ciri:
1. Dinamis;
2. Bercorak
romantis-idealistik;
3. Aktif
romantis;
4. Sering
dikaitkan dengan majalah sastra dan
5. Mendapat
pengaruh angkatan 80-an Belanda.
Pelopor:
1. Sutan
Takdir Alisjahbana “Layar Terkembang” (1936)
2. Amir
Hamzah “Nyanyi Sunyi” (1937) “Buah Rindu” (1941) “Setanggi Timur” (1934)
3. Armijn
Pane “Belenggu” (1934)
C. Angkatan
1945
Ciri-Ciri:
1. Realistis;
2. Individualistis;
3. Universal;
4. Objektif
dan
5. Bertema
Patrioritis.
Pelopor:
1. Chariril
Anwar “Deru Campur Debu” (1943) “Aku”, “Tiga Menguak Takdir” (1943)
2. Idrus
“Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma” (1948) “Aki” (1948)
3. Usmar
Ismail “Puntung Berasap” (1950)
D. Angkatan
1966
Ciri-ciri:
1. Realistis;
2. Kritik
Sosial;
3. Masyarakat
Sentris;
4. Sosialisme
atau Ketidakistimewaan dan
5. Objektif.
Pelopor:
1. Taufik
Ismail “Tirani’ dan “Benteng”
2. Bur
Rasuanto “Mereka Telah Bangkit”
3. Mansur
Samin “Perlawanan”
Referensi
Buku Paket
Ganesha Operation (GO) XII IPA
No comments:
Post a Comment