Saturday 6 June 2015

Periode Sastra Indonesia


Periode sastra adalah pengelompokkan hasil sastra berdasarkan waktu tertentu. Berikut ini beberapa pendapat tentang periode sastra.
Ada beberapa dasar pemikiran yang dijadikan para ahli untuk membuat penggolongan periode sastra, antara lain sebagai berikut:
1.      Bahasa
Sebelum bahasa Indonesia diikrarkan sebagai bahasa nasional pada tahun 1928, karya sastra Indonesia ditulis dalam  bahasa Melayu. Karya sastra yang memakai bahasa Melayu disebut Karya Sastra Melayu Lama. Setelah bahasa Indonesia lahir, sastra Indonesia ditulis dengan bahasa Indonesia sehingga sastranya disebut Sastra Indonesia.
2.      Pengaruh Asing
Pengaruh ini meliputi pengaruh Hindia, Arab, Barat dan Pendudukan Jepang. Oleh karena itu, kita mengenal kesustraan Hindu, masa Islam dan masa Jepang.
3.      Pengaruh Politik
Angkatan’66 timbul sebagai akibat protes sosial terhadap pemerintah Orde Lama yang telah menyelewengan dari UUD’45 dan Pancasila.
4.      Corak dan Isi Karya Sastra
Setiap masa penciptaan karya sastra memiliki gaya, corak dan tema yang berlainan, bisa karena pengaruh waktu, bisa pula karena situasi masyarakat pada masa yang bersangkutan.

Salah satu periodisasi sastra Indonesia yang banyak dijadikan acuan adalah periodisasi sastra Indonesia yang banyak dijadikan acuan dalam periodisasi versi H.B.Jassin.
A.     Balai Pustaka (1920-an)
Ciri-Cirinya ialah sebagai berikut:
1.      Bercorak pasif-romantik-naturalistik;
2.      Sentimental, dan
3.      Temanya tentang adat.
Pelopor:
1.      Merari Siregar “Azab dan Sengsara” (1920)
2.      Marah Rusli “Siti Nurbaya” (1922)
3.      Abdoel Musis “Salah Asuhan” (1926)
B.     Pujangga  Baru (1933)
Ciri-ciri:
1.      Dinamis;
2.      Bercorak romantis-idealistik;
3.      Aktif romantis;
4.      Sering dikaitkan dengan majalah sastra dan
5.      Mendapat pengaruh angkatan 80-an Belanda.
            Pelopor:
1.      Sutan Takdir Alisjahbana “Layar Terkembang” (1936)
2.      Amir Hamzah “Nyanyi Sunyi” (1937) “Buah Rindu” (1941) “Setanggi Timur” (1934)
3.      Armijn Pane “Belenggu” (1934)

C.     Angkatan 1945
Ciri-Ciri:
1.      Realistis;
2.      Individualistis;
3.      Universal;
4.      Objektif dan
5.      Bertema Patrioritis.
Pelopor:
1.      Chariril Anwar “Deru Campur Debu” (1943) “Aku”, “Tiga Menguak Takdir” (1943)
2.      Idrus “Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma” (1948) “Aki” (1948)
3.      Usmar Ismail “Puntung Berasap” (1950)

D.    Angkatan 1966
Ciri-ciri:
1.      Realistis;
2.      Kritik Sosial;
3.      Masyarakat Sentris;
4.      Sosialisme atau Ketidakistimewaan dan
5.      Objektif.
 Pelopor:
1.      Taufik Ismail “Tirani’ dan “Benteng”
2.      Bur Rasuanto “Mereka Telah Bangkit”
3.      Mansur Samin “Perlawanan”



Referensi
Buku Paket Ganesha Operation (GO) XII IPA

No comments:

Post a Comment